Batik keraton Yogyakarta dan Surakarta berasal dari sumber yang sama,yakni pola batik Keraton Mataram. Tak heran bila banyak pola keduanya yang sama,meski dalam perkembangannya ada juga bedanya. Banyak kesamaan pola,meski namanya berbeda.
Pola yang di Surakarta disebut Parang sarpa, di Yogyakarta dikenal sebagai golang galing. Pola liris cemeng di Surakarta, di Yogyakarta disebut rujak senthe. Satu perbedaan yang sangat nyata adalah dalam hal mengenakan wastra batik pola parang dan lereng. Pada gaya surakarta,wastra batik dililitkan dari kanan atas miring ke kiri bawah,sedangkan gaya yogyakarta miring dari kiri atas ke kanan bawah.
Mengingat pakualaman awalnya juga bagian dari Kasultanan Yogyakarta,maka unsur budaya kedua istana juga sama,seperti batiknya. Gaya pola dan warna batik Pakualaman mulai berubah sejak terjalin hubungan keluarga antara keraton Surakarta dan Pura Pakualaman saat Sri Sultan Hamengkubuwono VIII menyunting putri Sri Susuhunan Pakubuwono X.
Putri keraton Surakarta ini memberi warna dan gaya Surakarta pada batik Pakualaman,yang lantas tampil dalam paduan pola batik keraton yogyakarta dan warna batik keraton Surakarta. Dua pola batik pakualaman yang terkemuka adalah pola candi baruna (candi laut) dan peksi manyura yang menampilkan stilasi burung menyembah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar